KONGRES 4 IKATAN ALUMNI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Berhimpun dalam perhimpunan Ikatan Alumni untuk jalin silaturahim dan memberikan suara dalam Pemilu Raya Ikatan Alumni UPN Veteran Jakarta.

Silaturahmi Alumni UPNVJ Lintas Jurusan sebagai Pra Kongres

Silaturahmi Alumni UPNVJ Lintas Jurusan di CAFE FIFO yang berlangsung dua kali adalah tonggak digagasnya perhimpunan ikatan alumni yang harus diawali dengan Kongres Alumni UPNVJ.

Keinginan Kuat Memiliki Ikatan Alumni UPNVJ

Dengan keinginan kuat dan upaya intensif untuk berhimpun dalam Ikatan Alumni, maka dimulailah pembukaan Kongres Alumni UPNVJ yang Perdana di Gedung Auditorium Fakultas Kedokteran jam 08.00 tanggal 14 Mei 2011.

Kongres Alumni UPNVJ terlaksana dengan Antusias

Masa-masa aktif dalam lembaga kemahasiswaan seperti terulang dalam bertemunya berbagai pendapat pada saat pembuatan mekanisme lembaga perhimpunan Alumni UPNVJ dalam Kongres yang pertama kali terselenggara.

Rapat-Rapat Kerja Maraton Kepengurusan IKA UPNVJ

Semuanya tidak semudah yang dibayangkan, setelah berjalanya Kongres lalu berjalanlah rapat-rapat kerja pembentukan kepengurusan yang begitu dinamis untuk menggambarkan banyaknya aspirasi yang harus diserap.

Menghadiri Undangan Wisuda, Serah Terima Alumni Baru

Tanggung jawab alumni yang paling terus bertambah tiap tahunya adalah bertambahnya kelulusan alumni baru yang siap memasuki dunia kerja, di sini peran alumni untuk mensupport berbagai informasi kebutuhan kerja diuji.

SPECIAL

Senin, 28 April 2014

CNSS - CENTER FOR NATIONAL SECURITY STUDIES: "UNITY OF COMMAND"

 Oleh Koesnadi Kardi M.Sc, RCDS* 
Dalam rangkaian memperingati Hari Ulang Tahun ke-66 TNI AU, tepatnya pada 9 April 2012, APCI (Air Power Centre of Indonesia) bersama-sama dengan PPAU (Persatuan Purnawirawan Angkatan Udara) dan CNSS (Centre for National Security Studies) yang didukung TNI AU menyelenggarakan suatu seminar air power yang khusus mengkaji organisasi angkatan udara yang unity of command.
Kegiatan seminar tersebut mengundang para pembicara dari angkatan udara Amerika Serikat, Australia, dan Singapura untuk mendapatkan beberapa masukan yang berkaitan dengan bagaimana peran angkatan udara modern di masa depan.

Sementara pembicara dari dalam negeri akan melibatkan pembicara dari kalangan akademikus (diwakili dari UI), CNSS, PPAU, dan TNI AU.
Mengapa TNI AU membahas tentang organisasi angkatan udara yang bersifat unity of command, apakah makna dari pembahasan tersebut, keuntungan apa yang diperoleh dengan organisasi yang unity of command, dan apakah rencana validasi organisasi tersebut juga mencerminkan organisasi angkatan udara sebagai independence of the air force sebagaimana organisasi angkatan udara di negara-negara lain?
“Air Power”
Sebagaimana organisasi angkatan udara di seluruh dunia, khususnya bagi organisasi angkatan udara di negara-negara maju, yang diawali dari pembentukan organisasi angkatan udara yang pertama di dunia, yaitu RAF (Royal Air Force), langsung menentukan sebagai organisasi yang mencerminkan independence of the air force.
Inggris menyadari benar akan bagaimana pentingnya organisasi angkatan udara yang bertanggung jawab untuk mengendalikan udara dalam rangka menjaga kedaulatan negara di udara.
Kemudian Amerika Serikat yang juga mendirikan angkatan udara pada 1947 berkat upaya yang gigih dari tokoh air power AS dari US Army, yaitu Brigadir Jenderal Billy Michell (penerbang Angkatan Darat AS), yang pada awalnya mendapat banyak tantangan namun kemudian dia dianggap sebagai the founder of the USAF.
Pembentukan organisasi angkatan udara di AS bukanlah tanpa tantangan, karena upaya keras Billy Michell membuatnya sampai diturunkan pangkatnya dan akhirnya dipecat dari US Army.
Namun kemudian AS mengakui upayanya benar dan memahami akan manfaat peran air power dan akhirnya dia dinobatkan sebagai pendiri angkatan udara AS atau yang lebih dikenal dengan USA.
Sebaliknya, dengan negara Indonesia, walaupun kelahiran TNI AU pada 9 April 1946 (lebih tua dari USAF), organisasi TNI AU masih belum mencerminkan independence air force.
Sejak 1965 di mana TNI AU pernah mengalami sejarah kelam pasca-G30S/1965 karena tragedi politik, pemerintah pada saat itu membentuk organisasi TNI yang solid dengan kebersamaan integritas yang berlangsung sampai saat ini.
Walaupun kita menyadari perkembangan air power adalah seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, karena “air power merupakan product of tehnology”, perkembangan organisasi TNI AU sampai saat ini masih belum mencerminkan organisasi yang dikenal dengan sebutan independence of the air force karena masih bercermin pada upaya kebersamaan integritas yang tinggi.
Karena itu, perkembangannya sampai saat ini, organisasi TNI AU masih belum mencerminkan unity of command. Akibatnya, peran yang harus dilakukan juga belum bisa berkembang sesuai dengan tugas pokok yang harus diemban dan sifat-sifat air power juga belum terkomodasi terhadap sifat inti air power, yaitu high, speed, and, range (ketinggian, kecepatan, dan jarak jangkau).
Untuk itu TNI AU sangat berharap tanpa melepaskan diri dari soliditas integritas yang tinggi terhadap angkatan lain, peran air power harus pula muncul pada rencana validasi organisasi TNI AU di masa depan.
Terbang Tinggi dan Jauh
Air power memiliki kekhasan yang ternyata berbeda apabila dibandingkan, baik dengan land power maupun maritime power. Kekhasan air power tersebut, pertama karena mampu terbang tinggi yang tidak dimiliki baik oleh land power maupun maritime power.
Kedua, mampu terbang dengan kecepatan tinggi, bahkan mampu melebihi kecepatan suara. Ketiga, mampu terbang dengan jarak yang sangat jauh (karena selain mampu terbang dengan cepat juga muatan bahan bakarnya bisa ditambah).
Dari ketiga kekhasan inti tersebut akan berdampak pada kemampuan, yaitu (1) control of the air, (2) precision strike, (3) precision engagement, (4) rapid force projection, dan (5) information exploitation.
Dari kelima kekuatan inti tersebut, kekuatan yang pertamalah yang akan dibahas pada seminar air power pada Selasa (10/4) di Executive Club, Persada, di Halim Perdanakusuma. Tema seminar air power tersebut adalah “Roles, Command, and Control of the Air Force in Modern and Irregular War”.
Para pembicara dari Singapura, Col Lim Tuang Liang, Head of Plans RSAF, menyampaikan topik “Strategies for full Spectrum Air Operations”, pembicara dari APDC (Air Power Development Centre), Australia, Dr Sanu Kainikara menyampaikan topik tentang “Air Power in Irregular War”, dan pembicara dari AS, Mr Mike McSpadden, Chief F-16 Engineer, menyampaikan topiknya tentang “The Refurbished RDAF F-16s for TNI AU”.
Inti dari sesi pertama ini para peserta seminar diberikan gambaran tentang bagaimana strategi dari air power yang memiliki kekhasan sehingga mampu melaksanakan semua spektrum operasi udara, bahkan mampu melaksanakan perang secara tidak reguler.
Pada sesi kedua, ada empat pembicara dari dalam negeri, yaitu (1) Dr Andi Widjajanto mewakili kalangan akademikus, (2) Dr Kusnanto Anggoro dari CNSS, (3) Marsdya TNI (Purn) Wrensiwiro dari PPAU, dan (4) Marsma TNI Simamora dari TNI AU.
Topik pada sesi kedua ini khusus membahas potensi yang akan mengancam wilayah kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia sehingga diperlukan peran khusus dari air power.
Untuk itu diperlukan suatu organisasi yang bersifat unity of command, untuk bisa diterapkan bagi organisasi TNI AU yang sesuai dengan makna UU No 3/2002 tentang pertahanan negara dan UU No 34/2004 tentang TNI.
Hasil kajian dari rencana validasi organisasi TNI AU tersebut termasuk organisasi Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional) yang selama ini berada pada garis komandonya Panglima TNI (bukan pada garis komandonya Kasau).
Hal ini termasuk organisasi yang bukan mencerminkan unity of command yang diharapkan di masa depan. Pembahasan seminar air power kali ini dimaksudkan sebagai upaya agar TNI AU di masa depan mampu mewujudkan organisasi yang mencerminkan “the first class air force”.
Dengan demikian, peran air power yang dimiliki TNI AU diharapkan mampu memunculkan kekhasannya dan di kemudian hari juga mampu meningkatkan kemampuan information exploitation (air recconaisance, air surveillance, dan air intelligence).
Dengan demikian TNI AU di masa depan akan mampu mengakomodasikan hukum udara dan ruang angkasa yang sampai sekarang dinilai masih sangat lemah. Selain itu diharapkan peran TNI AU dalam menjaga kedaulatan negara akan dapat diwujudkan secara optimum untuk dapat memiliki detterence power yang andal. Bravo TNI AU dan semoga TNI AU tetap jaya di udara. (Sumber: Sinar Harapan , 9 April 2012).

KEPALA STAF ANGKATAN UDARA (KASAU) RAIH GELAR MASTER DI UPN "VETERAN" JAKARTA

LANUD HALIM PERDANAKUSUMA (17/4),- Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, MM, CDSS., menjadi salah satu wisudawan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jakarta dengan meraih Gelar Master, di gedung SMESCO, Rabu (16/4).

Tesis dengan judul "Peran Seleksi Dalam  Menyiapkan SDM Pertahanan Yang Profesional (Studi Kualitatif Lulusan Akademi Angkatan Udara)," menghantarkan Kasau meraih gelar Master dalam Ilmu Manajemen Pertahanan.

Kasau mendeskripsikan dalam tesisnya bahwa rekrutmen dan seleksi Karbol AAU merupakan salah satu fungsi pembinaan personil (SDM) TNI AU yang mempunyai peran sangat strategis dalam mempersiapkan dan menyediakan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan organisasi TNI AU.

Disamping itu kegiatan rekrutmen dan seleksi Karbol AAU didahului dengan kegiatan perencanaan sumber daya manusia berupa penentuan rencana kebutuhan SDM Perwira  TNI AU, khususnya Perwira lulusan AAU. Hal ini berarti bahwa kegiatan rekrutmen dan seleksi Karbol AAU sudah didasarkan pada rencana  kebutuhan SDM TNI AU.

Turut menjadi Wisudawan Mayjen TNI Pandu Wibowo, S.E (Pangdam I/Iskandar Muda), Laksdya TNI (Purn) M. Jurianto, S.E (Rektor Universitas Hang Tuah) Surabaya, Marsma TNI Deri Pemba Syafar (Staf Khusus Kasau), dan Brigjen TNI Ryanto Edyono (Dirdik Sesko TNI).

Wisuda ke-52 Tahun Akademik 2013/2014 UPN "Veteran" Jakarta meluluskan 652 wisudawan terdiri dari: Program D-III 7 (tujuh) orang, Program S-1 444 orang, Program Profesi Dokter 101 orang, dan Program Pasca Sarjana 100 orang.

Lulus terbaik dengan nilai IPK tertinggi diraih Bondhan Dewayani dengan IPK 3,97 dari Progdi S-1 Akutansi Fakultas Ekonomi, dan S-2 predikat IPK tertinggi diraih Anjariah Dwi Astuti, SE., dengan IPK 3,97 dari Progdi S-2 Magister Manajemen, serta sebagai Wisudawan Termuda diraih Nabila Ery Carrera dengan IPK 3,64 Progdi S-1 Akutansi Fakultas Ekonomi yang saat ini berusia 19 tahun 8 bulan.

SELAMAT DAN SUKSES KEPADA

WISUDAWAN/TI UPN “VETERAN” JAKARTA

UPN  “Veteran” Jakarta pada tanggal 16 April 2014 melaksanakan Wisuda Ke – 52, Ahli Madya, Sarjana, Dokter dan Magister periode semester ganjil tahun akademik 2013/2014  bertempat di Gedung SMESCO Jl. Gatot Subroto Jakarta Selatan.


Pada periode wisuda ke-52 ini, UPN “Veteran” Jakarta berhasil meluluskan mahasiswa sebanyak 652 orang yang terdiri dari : 7 orang lulusan Ahli Madya, 444 orang lulusan Sarjana, 101 orang lulusan Profesi Dokter dan 100 orang lulusan Magister. 

Dari 652 orang lulusan periode ini, 17 orang diantaranya  lulusan terbaik yaitu lulusan yang memperoleh nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi dan masa studi lebih cepat dibandingkan lulusan lainnya.

SOSIALISASI DAN UNDANGAN PRA KONGRES DAN KONGRES ALUMNI UPNVJ 2014

PRA KONGRES IKATAN ALUMNI UPNVJ akan dilaksanakan pada Hari/Tanggal : Sabtu – Minggu / 3-4 Mei 2014, Tempat : WISMA TNI-AU MULYASARI – CISARUA BOGOR, Jalan Raya Puncak km.80 Bogor Jawa Barat 16750. Perwakilan : 2 (dua) Wakil per Alumni Jurusan, dengan Agenda :
  • Konsolidasi Majelis Alumni UPNVJ untuk menyelenggarakan Kongres Alumni UPNVJ.
  • Pleno Materi Kongres yaitu Anggaran Dasar (AD), Garis Besar Haluan Program (GBHP) dan Penetapan Komisi Pemilihan Ketua Ikatan Alumni dan Sekretaris Jenderal (Sekjen).
  • Penelitian Khusus (Litsus) Calon Ketua dan Sekjen Ikatan Alumni UPNVJ.
KONGRES IKATAN ALUMNI UPNVJ akan dilaksanakan pada Hari/Tanggal : Sabtu – Minggu / 10-11 Mei 2014, Tempat : BUPERTA CIBUBUR JAKARTA TIMUR, Telp. +62 21 844 4948, +62 21 844 5449, +62 21 844 5850. Perwakilan : 3 (tiga) Wakil per Alumni Jurusan, dengan Agenda :
  • Paripurna Materi Kongres yaitu Anggaran Dasar (AD), Garis Besar Haluan Program (GBHP) dan Penetapan Komisi Pemilihan Ketua Ikatan Alumni dan Sekretaris Jenderal (Sekjen).
  • Laporan Pertanggungjawaban Kepengurusan IKA UPNVJ tahun 2011-2014.
  • Pemilihan Ketua dan Sekjen Ikatan Alumni UPNVJ.
UNTUK PENDAFTARAN UTUSAN PERWAKILAN JURUSAN :
  • DODI ILHAM (0852 1596 9911)
  • FAJAR BASUKI (0813 1118 6232)

SOURCE : SOSIALISASI DAN UNDANGAN PRA KONGRES DAN KONGRES

Rabu, 09 April 2014

Krisis Ukraina, Sadarkan Indonesia Pentingnya Kesadaran dan Wawasan Geopolitik


Di akhir tahun 2010 dan kemudian memasuki tahun 2011 tepatnya di masa-masa awal pembentukan Ikatan alumni UPNVJ, saya dengan beberapa kawan alumni di antaranya Fauzi Abdillah, Dodi Ilham dan Muhammad Syahreza, pernah membicarakan tentang aplikasi Global Furute International, yaitu aplikasi untuk mengumpulkan data trend kawasan untuk membuat data trend keamanan kawasan dan global di masa yang akan datang, yang akan diperkenalkan melalui Seminar Internasional yang berharap dapat diprakarsai oleh ALumni UPNVJ. Namun karena berbagai keterbatasan kondisi, utamanya adalah kesibukan para alumni maka harapan itu belum bisa terwujud.

Maksud dari rencana di atas adalah untuk mengkontribusikan kepada bangsa dan negara bahwa betapa pentingnya kesadaran wawasan geopolitik yang sementara ini masih menjadi pemahaman di kalangan tertentu saja, untuk kemudian rencananya mencoba untuk memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia melalui Seminar Internasional tersebut. Tinjauan dari pihak UPN Veteran Jakarta dan Alumninya tentu adalah tinjauan kampus hijau yang menjadi bagian untuk berperan serta dengan kontribusinya sebagai IKON kampus pertahanan di negeri tercinta ini.

Hingga akhirnya sebuah lembaga yang bernama Global Future Institute akhir-akhir ini sedang gencar mengkampanyekan wawasan global berkait dengan stabilitas kawasan utamanya di idang politik dan ekonomi. Global Future Institute (GFI) telah meluncurkan edisi kelima jurnal berkalanya, The Global Review Quarterly dengan mengangkat tema: Gagalnya Revolusi Warna di Ukraina. Yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbatas yang diikuti oleh beberapa elemen strategis baik dari jajaran birokrasi pemerintahan, perguruan tinggi, organisasi massa, kamar dagang dan industri (KADIN), maupun dari kalangan mahasiswa.

Dalam kata pengantar diskusi, Direktur Eksekutif GFI Hendrajit menggarisbawahi dua hal penting. Pertama, Indonesia sebagai bagian integral dari berbagai elemen strategis bangsa, mutlak perlu menyimak dan mengkaji berbagai faktor dan dinamika politik yang berkembang, seperti kondisi di Ukraina.

Kedua, dengan menarik hikmah dan pelajaran dari kasus Ukraina, khususnya dengan tumbangnya Presiden Viktor Yanukovich sebagai akibat dari konspirasi antara AS-Uni Eropa dan partai-partai oposisi di Ukraina, maka betapa pentingnya bagi suatu negara untuk memahami dan mengenali nilai strategis wilayah geopolitiknya. Sebab jika tidak, lanjut Hendrajit, maka sejatinya kita sedang membuka pintu yang seluasnya kepada berbagai kepentingan asing, untuk membangun dan menanamkan lingkup pengaruhnya di bumi nusantara.

Pandangan Hendrajit dengan serta merta diperkuat oleh Dr Santos Winarso Dwiyogo, Kepala Divisi Hubungan Bilateral Hubungan Internasional Kantor Sekretariat Wakil Presiden RI, yang diundang secara khusus oleh GFI sebagai pembicara. Menurut Dr Santos, sebagai bukti betapa pentingnya sebuah negara memahami nilai strategis wilayah geopolitiknya, hal itu telah dibuktikan secara nyata oleh Rusia, dalam mengantisipasi campur tangan AS dan Uni Eropa dalam penggulingan Presiden Yanukovich.

“Kalau dulu teori-teori geopolitik yang bertumpu pada McKinder, Alfred Mahan dan Nickolas Spike dimanfaatkan oleh Amerika dan Inggris untuk mengepung Rusia dan melemahkan Jerman yang ketika itu merupakan musuh dari AS dan Inggris, maka sekarang justru sebaliknya. Rusia lah yang justru memanfaatkan teori-teori geopolitik para pakar tersebut untuk memperkuat kepentingan strategis negara beruang merah tersebut.”

Dengan kata lain Dr Santos hendak menegaskan bahwa teori-teori geopolitik Mckinder dan Mahan yang menekankan betapa pentingnya menguasai Heartland (Timur Tengah dan Asia Tengah) agar bisa menguasai dunia, sekarang Rusia telah menerapkan teori geopolitik tersebut untuk membendung pengaruh AS dan Uni Eropa di kedua kawasan tersebut.

Kita lihat bagaimana Rusia dan Cina, sejak 2001 lalu, membuat persekutuan strategis Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang pada hakekatnya ditujukan untuk membendung pengaruh AS di kawasan Asia Tengah.

Nampaknya, pentingnya membangun kesadaran dan wawasan geopolitik, isu utama yang mencuat dalam forum diskusi tersebut. Entjeng Shobirin, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bahkan memandang kasus Ukraina ini agar menjadi bahan pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia.

“Menurut saya dengan mengkaji dan mendalami kasus Ukraina, pemerintah dan berbagai elemen masyarakat Indonesia sudah saatnya menyadari betapa pentingnya memperjelas orientasi kebijakan politik luar negeri RI yang bebas dan aktif, sehingga kejelasan politik luar negeri yang bertumpu pada kesadaran dan wawasan geopolitik kita, pada perkembangannya akan memperjelas peta permasalahan yang dihadapi oleh kita sebagai bangsa baik kini maupun kelak,” begitu ungkap Shobirin.

Senada dengan GFI, Entjeng Shobirin secara khusus menaruh keprihatinan besar terhadap lemahnya kewaspadaan nasional dari beberapa institusi kenegaraan kita. Maka terkait dengan tema bahasan yang digelar oleh GFI, Shobirin menyarankan agar dalam kajian-kajian GFI mendatang, untuk mengangkat sebuah tema yang cukup strategis: SKENARIO DISINTEGRASI NASIONAL.

Dr Wirawan, anggota Komite Rusia di Kamar Dagang dan Industri (KADIN), menggarisbawahi tiga hal penting.

Pertama, bersepakat dengan pandangan pada forum diskusi bahwa kemampuan Rusia dalam menghadapi dan menyikapi perkembangan di Ukraina pasca kejatuhan Yanukovich dengan menggerakkan pasukannya ke Crimea, telah mempertunjukkan kepada dunia internasional betapa Rusia sangat memahami dan mengenali kekuatan wilayah geopolitiknya maupun tujuan-tujuan tersembunyi dari negara-negara rivalnya seperti AS dan Uni Eropa, untuk menguasai dan membangun lingkup pengaruhnya di Ukraina.

Keputusan Presiden Vladimir Putin untuk menguasai Crimea yang wilayahnya berada dalam kedaulatan Ukraina, membuktikan kemampuan Rusia membaca dan mengenali nilai strategis wilayah geopolitik Crimea terkait kepentingan strategis Rusia dalam melawan skenario pengepungan AS dan Uni Eropa melalui Ukraina. Itulah sebabnya Skenario Revolusi Warna yang coba dimainkan dengan mendukung partai-partai oposisi menggulingkan Yanukovich, pada akhirnya justru jadi titik balik bagi Amerika di Ukraina. Semula sepertinya akan menang, ternyata akhirnya akan menuai kekalahan.

Kedua, Wirawan mendesak pemerintah Indonesia agar menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia. Karena menurut Wirawan, berdasarkan berbagai informasi yang dia serap ketika berkomunikasi dengan berbagai elemen strategis Rusia, saat ini Rusia memandang Indonesia sebagai negara sahabat. Bahkan setingkat lebih tinggi dari sekadar sahabat. Jadi menurut Wirawan, yang saat ini juga aktif sebagai salah satu pengurus Persatuan Putra-Putri Purnawirawan Angkatan Udara (P3AU), inilah momentum bagi Indonesia dan Rusia untuk menjalin hubungan yang semakin erat di semua bidang.

Aspek ketiga yang digulirkan oleh Wirawan adalah soal Papua. Belajar dari kasus Ukraina, pemerintah Indonesia sebaiknya memperhatikan betula soal Papua. Karena gerakan untuk meng-internasionalisasi Papua di forum-forum internasional, semakin gencar dilakukan.

Pentingnya Indonesia mewaspadai perkembangan di Papua, juga didukung oleh Entjeng Shobirin. Karena menurut Entjeng, Gerakan Papua Raya yang semakin gencar dikumandangkan oleh elemen-elemen OPM(Organisasi Papua Merdeka), pada perkembangannya bisa menginspirasi Gerakan Separatis Dayak di Kalimantan Barat.

Informasi lapangan yang disampaikan Entjeng Shobirin nampaknya seiring dengan gagasan yang dia lontarkan sebelumnya agar GFI mengangkat tema SKENARIO DISINTEGRASI NASIONAL dalam kajian-kajian khususnya ke depan, baik melalui jurnal berkala maupun di situs the global review.

Karena itu Shobirin menyarankan agar melalui GFI, pemerintah Indonesia perlu didesak agar memperjelas arah dan orientasi kebijakan luar negerinya karena dengan begitu kepentingan nasional RI bisa terpetakan dengan jelas, sehingga kepentingan nasional menjadi konkrit di mata masyarakat.

Usmar Ismail, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Dr Mustopo Beragama, merasa perlu mengingatkan forum diskusi bahwa perkembangan yang terjadi di Ukraina sangat menggelisahkan bagi kita di Indonesia. Karena itu Usmar mengingatkan agar Rekomendasi Rand Corporation yang pernah diajukan kepada mantan Presiden Bill Clinton pada 1998 agar Indonesia dibagi jadi 7 bagian, harus tetap menjadi dasar bagi para pemangku kepentingan nasional (stakeholders) politik dan keamanan nasional Indonesia, untuk memperkuat kewaspadaaan nasional Indonesia.

Seruan Entjeng Shobirin dibenarkan oleh Kepala Sub-Direktorat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kementerian Dalam Negeri Bachtiar, yang merasa perlu menegaskan bahwa masih banyak aparat-aparat birokrasi pemerintahan yang menaruh perhatian besar dalam pengembangan kesadaran dan wawasan geopolitik. Dan Kementerian Dalam Negeri khususnya KESBANGPOL, terbuka untuk ikut serta dalam program penguatan kesadaran geopolitik tersebut. Dan dalam hal ini, mengapresiasi langkah-langkah yang sudah dirintis oleh teman-teman yang tergabung dalam GFI.

Menanggapi Entjeng, Wirawan dan Bachtiar, Dr Santos mengajukan beberapa usulan menarik. terkait Gerakan Sadar Geopolitik. Antara lain dengan:
  1. Membuat Geopolitik Media untuk menginformasikan apa dan bagaimana Indonesia.
  2. Reorientasi Kebijakan Pertahanan/Keamanan yang bertumpu pada Takdir Geopolitik Kita yang berbasis Maritim/Kelautan.
  3. Perlunya Penguataan Indoensian Overseas (Sebagai komunitas intelijen Indonesia di luar negeri).
  4. Menaruh perhatian khusus pada Laut Cina Selatan sebagai Titik Pusat Konflik Global.
  5. Reorientasi Kebijakan Pangan dan Energi.
  6. Penguatan Fungsi Birokrasi
  7. Penguatan Pendidikan Tinggi dan Studi Sejarah Indonesia
  8. Penguatan Otonomi atas dasar Pemberdayaan Lokal.
  9. Penyelesaian Papua secara tuntas dan Mendasaar.
  10. Penguatan Kurikulum Pendidikan
  11. Peningkatan Kapasitas Industri Strategis.
Para Peserta Forum Diskusi Terbatas GFI:
  1. Dr Santos Winarso Dwiyogo. Kantor Wakil Presiden RI.
  2. Bachtiar, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri.
  3. Entjeng Shobirin, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
  4. Wirawan, Komite Rusia Kamar Dagang dan Industri (KADIN).
  5. Usmar Ismail, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Dr Mustopo Bergama
  6. Benny Iqbal, Peneliti Senior Forum Dialog Nusantara.
  7. Igor Dirgantara, Staf Pengajar Fakultas Ilmu Politik dan Hubungan Internasional Universitas Jayabaya.
  8. Prima MA, Direktur Eksekutif Center for Energy dan Strategic Research Indonesia (CESRI).
  9. Rahmad, Yayasan ABI.
  10. Teguh Esha, Novelis dan Pegiat Seni-Budaya.
  11. Mohamad Kusairi, Pemimpin Redaksi Majalah Energi Indopetro.
  12. Santoso, Mahasiswa Universitas Bung Karno.
  13. Ridwan, Mahasiswa Universitas Mustopo
  14. Teuku Wildan, Universitas Mustopo.
  15. Mega Prativi, Mahasiswi Universitas Mustopo.
  16. Hafdal Syahputra, Mahasiswa Universitas Mustopo.
  17. Malinda D, Mahasiswi Universitas Indonesia dan Pengurus Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS).
  18. Claudia RA, Mahasiswi Universitas Indonesia dan ISAFIS.
  19. Dewi Larasati, Universitas Indonesia dan ISAFIS.
  20. Hernizar Rahman, Mahasiswa Universitas Indonesia dan ISAFIS.
  21. Zidny Ilman, Mahasiswa Universitas Indonesia dan ISAFIS.
  22. Amang, Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK)
  23. Rusman Rusli, Direktur Korporasi GFI.
  24. Ferdiansyah Ali, Direktur Program GFI.
  25. Hari Samputra Agus, Anggota Dewan Pendiri GFI.
Penulis : Tim Redaksi The Global Review plus.

Senin, 24 Maret 2014

UNDANGAN RAPAT ORGANIZING COMMITTEE KONGRES ALUMNI UPNVJ 2014

Nomor : A2-003 / U-IKA / III / 2014
Hal : UNDANGAN RAPAT ORGANIZING COMMITTEE KONGRES ALUMNI UPNVJ 2014

Kepada Yth.
ANGGOTA ORGANIZING COMMITEE
KONGRES ALUMNI UPNVJ 2014
di Tempat

Assalamualaikum wr. wb.
Menindaklanjuti hasil rapat Pembentukan Panitia Kongrea Alumni UPNVJ 2014 pada hari selasa tanggal 18 Maret 2014, yaitu dengan terbentuknya Organizing Committee (OC) dengan komposisi sesuai Notulen Rapat adalah sebagai berikut :

Pembentukan Organizing Committee (OC) :
  1. Ketua OC: Dody Ilham (Kedokteran)
  2. Anggota OC: Suparwo (Komputer), Ade Andika (Hukum), Kholid (Atevet), Ukie fajar (Bank), Ferizal (Hukum), Soerya Dharma (Akuntansi), Irmalia (Bank), Doni HP (Bank), Dhita (Bank).
  3. Catatan :
  • Komposisi keanggotaan OC agar disampaikan kepada alumni yang tidak hadir dalam rapat untuk dimintakan kesanggupanya.
  • Komposisi keanggotaan OC masih perlu ditambah/masih menerima keanggotaan panitia untuk mengoptimalkan kerja kepanitiaan OC.
  • Kepanitiaan OC agar mempublikasikan secara masif.
Maka pertama-tama Pengurus IKA UPNVJ bermaksud mengundang Rapat Organizing Committee (OC) yang akan diselenggarakan pada :

Hari/Tanggal : KAMIS, 27 MARET 2014
Pukul : 18:30 WIB s/d 21:00 WIB
Tempat : RUANG SEKRETARIAT ALUMNI KAMPUS PONDOK LABU JAKARTA SELATAN

Dimohon kehadiranya TEPAT WAKTU agar efektif dan efisien..

Jakarta 23 Maret 2014
Hormat kami,

SETIA GUNAWAN, SE, MM
SEKJEN IKA UPNVJ






UNDANGAN RAPAT STEERING COMMITTEE KONGRES ALUMNI UPNVJ 2014

Nomor : A2-002 / U-IKA / III / 2014
Hal : UNDANGAN RAPAT STEERING COMMITTEE KONGRES ALUMNI

Kepada Yth.
ANGGOTA STEERING COMMITEE
KONGRES ALUMNI UPNVJ 2014
di Tempat

Assalamualaikum wr. wb.

Menindaklanjuti hasil rapat Pembentukan Panitia Kongrea Alumni UPNVJ 2014 pada hari selasa tanggal 18 Maret 2014, yaitu dengan terbentuknya Steering Committee (SC) dengan komposisi sesuai Notulen Rapat adalah sebagai berikut :

Pembentukan Steering Committee :
  1. Ketua SC: Bambang Heda (Komputer)
  2. Anggota SC: Tomy Patria (Perkapalan), Setia Gunawan (Akuntansi), Deny Lesmana (Atevet), Kusumardi Subroto (Atevet), Komar (Komputer), R. Prijambodo (Kedokteran), Popon Lingga Geni (Manajemen), Reza Pahlevi (Mesin), Agung Priyambudi (Akuntansi), Himawan (Ikateks), Yoosca (Ikatik).
  3. Catatan : Komposisi keanggotaan SC agar disampaikan kepada alumni yang tidak hadir dalam rapat untuk dimintakan kesanggupanya.
Maka pertama-tama Pengurus IKA UPNVJ bermaksud mengundang Rapat Steering Committee (SC) yang akan diselenggarakan pada :

Hari/Tanggal : RABU, 26 MARET 2014
Pukul : 18:30 WIB s/d 21:00 WIB
Tempat : RUANG SEKRETARIAT ALUMNI KAMPUS PONDOK LABU JAKARTA SELATAN

Dimohon kehadiranya TEPAT WAKTU agar efektif dan efisien..

Jakartya, 23 Maret 2014

Hormat kami,

SETIA GUNAWAN, SE, MM
SEKJEN IKA UPNVJ



Jumat, 21 Maret 2014

Notulen Rapat Persiapan Kepanitiaan Kongres Alumni UPNVJ 2014

Bahwa pada hari Selasa tanggal 18 Maret 2014 telah berlangsung Rapat Persiapan Kepanitiaan Kongres Alumni UPNVJ 2014 yang bertempat di Sekretariat Ikatan Alumni UPNVJ di Plasa Wardiman Gedung Rektorat UPNVJ, dengan  hasil rapat seperti berikut di bawah ini :

NOTULEN RAPAT

Nama rapat : Persiapan Kepanitiaan Kongres II Alumni UPNVJ
Tanggal : 18 Maret 2014
Peserta :
1. Anggota Pengurus IKA
2. Anggota Majelis ALumn
Agenda :
1. Pembentukan Steering Committee – SC
2. Pembentukan Organizing Committee – OC
3. Tindak Lanjut Koperasi Alumni UPNVJ

HASIL RAPAT :

A. Latar Belakang

1. Kongres Alumni UPNVJ tahun 2011 berjalan sangat Dinamis, harapanya Kongres Alumni UPNVJ tahun 2014 berjalan lebih dinamis lagi.

2. Ketua IKA UPNVJ mengajak mempersiapkan kongres bersama partisipasi alumni :

2a. Akan berakhirnya periode kepengurusan IKA UPNVJ periode 2011 – 2014.
2b. Pengurus mempersiapkan laporan pertanggung jawaban kepenguruusan 2011 – 2014.
2c. Tugas dan kewajiban kepengurusan IKA UPNVJ untuk melaksanakan dan mensukseskan kongres.
2d. Menunjuk salah satu Waketum (Waletum II) untuk mempersiapkan kepanitiaan kongres.
2e. Kesiapan anggaran pelaksanaan kongres.

3. Kepanitiaan harus terbentuk dalam rapat ini.
4. Ketua Umum dan Sekjen IKA UPNVJ Periode 2014 – 2017 harus terpilih dalam kongres.
5. Alumni agar tersosialisasikan acara kongres dan suksesi di dalamnya.
6. Ada Pra Kongres untuk mengefektifkan dan memaksimalkan kongres.
7. Menghimpun Peserta kongres dari simpul ikatan alumni fakultas / jurusan.

B. Terbentuk Kepanitiaan Kongres Alumni

1. Pembentukan Steering Committee

Ketua SC: Bambang Heda (Komputer)

Anggota SC:
Tomy Patria (Perkapalan), Setia Gunawan (Akuntansi), Deny Lesmana (Atevet), Kusumardi Subroto (Atevet), Komar (Komputer), R. Prijambodo (Kedokteran), Popon Lingga Geni (Manajemen), Reza Pahlevi (Mesin), Agung Priyambudi (Akuntansi), Himawan (Ikateks), Yoosca (Ikatik)

Catatan :
Komposisi keanggotaan SC agar disampaikan kepada alumni yang tidak hadir dalam rapat untuk dimintakan kesanggupanya.

2. Pembentukan Organizing Committee

Ketua OC : Dody Ilham (Kedokteran)

Anggota OC :
Suparwo (Komputer), Ade Andika (Hukum), Kholid (Atevet), Ukie fajar (Bank), Ferizal (Hukum), Soerya Dharma (Akuntansi), Irmalia (Bank), Doni HP (Bank), Dhita (Bank).

Catatan :
#Komposisi keanggotaan OC agar disampaikan kepada alumni yang tidak hadir dalam rapat untuk dimintakan kesanggupanya.
#Komposisi keanggotaan OC masih perlu ditambah/masih menerima keanggotaan panitia untuk mengoptimalkan kerja kepanitiaan OC.
#Kepanitiaan OC agar mempublikasikan secara masif.

3. Rencana Waktu Pelaksanaan Kongres : 10 – 11 Mei 2014

C. Tindak lanjut pembentukan Koperasi Alumni UPNVJ

1. Berdapatkan Rapat Pengurus tanggal 15 Mei 2013, pembentukan Koperasi Alumni agar DILANJUTKAN dan DITUNTASKAN.

2. Telah terpilih kepengurusan Koperasi Alumni UPNVJ dan Ketua terpilih telah menyusun BPH Kepengurusan Koperasi Alumni dengan komposisi sebagai berikut :

#Ketua Koperasi : Tomy Patria (Perkapalan)
#Wakil Ketua-1 : Suparwo (Komputer)
#Wakil Ketua-2 : Deni Lesmana (Atevet)
#Sekretaris : Ade Andika (Hukum)
#Bendahara : Yoosca Scantia Dewi (Ikatik)

3. Agar segera dibuatkan SKEP oleh Sekjen untuk ditandatangani Keum IKA UPNVJ.

Demikian Terima Kasih.

Notulis.





Selasa, 18 Maret 2014

ARMADA LAUT MAJAPAHIT MENDUNIA

Masih ingat lagu ini : “…nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarung luas samudera, menerjang ombak tiada tara, menggulung badai sudah biasa…”


Lagu di atas menggambarkan kejayaan masa lampau dari nenek moyang kita di bidang maritim. Salah satu kerajaan nusantara yang sangat kuat di bidang maritimnya adalah Majapahit. bahkan angkatan lautnya konon salah satu angkatan laut terbesar di dunia pada masa itu. Nah, untuk mengetahui seputar Angkatan Laut Majapahit, berikut saya sampaikan uraiannya sebagai upaya untuk menumbuhkan kembali kebanggaan kita sebagai bangsa yang besar.
 
Konon rahasia kekuatan laut Majapahit sejak jaman Gajah Mada yaitu terletaknya pimpinan yang dipegang oleh Mpu Nala sebagai panglima tertinggi. Mpu Nala dalam membangun kekuatan laut yang tersohor kala itu, beliau menemukan sejenis pohon raksasa yang dirahasiakan lokasinya, untuk membangun kapal-kapal Majapahit yang berukuran besar di masa itu. Persenjataan kapal-kapal Majapahit berupa meriam Jawa. Konon Gajah Mada kecil pernah diasuh oleh tentara Mongol yang dikirim Kublai Khan menyerbu Jawa guna membalas penghinaan yang dilakukan oleh Prabu Kertanegara mencoreng-coreng wajah utusan Tiongkok yang menuntut agar Singosari tunduk di bawah kekuasaan Tiongkok. Gajah Mada diajarkan oleh pengasuhnya orang Mongol itu mengenai prinsip senjata api sederhana. Selanjutnya Gajah Mada mengembangkan senjata api itu untuk mempersenjatai kapal-kapal perang Majapahit ciptaan Mpu Nala yang istimewa itu, hingga mampu merajai wilayah di perairan Selatan (Nan Yang).
 
Keturunan Mpu Nala terus melanjutkan kepemimpinan militer Majapahit. Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya apalagi militer laut sudah demikian parah dalam melakukan tindak korupsi di wilayah kekuasaan masing-masing, sehingga rakyat tidak lagi menghormati kekuasaan pemerintahan pusat. Dan menurunkan wibawa Majapahit di kalangan kerajaan taklukannya.Di masa kehancuran itu Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya. Sehingga seperti yang terjadi kemudian, kekuatan laut yang tersohor di Nan Yang itu saling bertempur satu kapal dengan kapal yang lain.
 
Kapal-Kapal Majapahit





Kapal Jung, Sang Raksasa Lautan!


kapal borobudur
“Orang Jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang Tionghoa lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa.”

Demikian tulis Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit 1645. Bahkan, pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. “Mereka mengaku keturunan Jawa,” kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.

Tatkala pelaut Portugis mencapai perairan Asia Tenggara pada awal tahun 1500-an mereka menemukan kawasan ini didominasi kapal-kapal Jung Jawa. Kapal dagang milik orang Jawa ini menguasai jalur rempah rempah yang sangat vital, antara Maluku, Jawa, dan Malaka. Kota pelabuhan Malaka pada waktu itu praktis menjadi kota orang Jawa.

Di sana banyak saudagar dan nakhoda kapal Jawa yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional. Tukang-tukang kayu Jawa yang terampil membangun galangan kapal di kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara itu. Bukti kepiawaian orang Jawa dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief Candi Borobudur yang memvisualkan perahu bercadik – belakangan disebut sebagai “Kapal Borobudur”.

KONSTRUKSI KAPAL
 
Konstruksi perahu bercadik sangat unik. Lambung perahu dibentuk sebagai menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal Jawa jelas berbeda dengan kapal Tiongkok yang lambungnya dikencangkan dengan bilah-bilah kayu dan paku besi. Selain itu kapal Tiongkok memiliki kemudi tunggal yang dipasang pada palang rusuk buritan.

Kapal Borobudur telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama beratus ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki awal abad ke-8, peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi. Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta yang berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14 mereka memuji kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.


 
Gambaran tentang jung Jawa secara spesifik dilaporkan Alfonso de Albuquerque, komandan armada Portugis yang menduduki Malaka pada 1511. Orang Portugis mengenali Jawa sebagai asal usul jung-jung terbesar. Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis.
Disebutkan, jung Jawa memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung jawa ini disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.

“Anunciada (kapal Portugis yang terbesar yang berada di Malaka pada tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa.” tulis pelaut Portugis Tom Pires dalam Summa Orientel (1515). Hanya saja jung Jawa raksasa ini, menurut Tome Pires, lamban bergerak saat bertempur dedengan kapal-kapal portugis yang lebih ramping dan lincah. Dengan begitu, armada Portugis bisa menghalau jung Jawa dari perairan Malaka.

Ilustrasi armada VOC
Pernah menjadi penguasa dunia.
 
Puncak kejayaan Majapahit terukir pada 1450-an. Bayangkan, ketika itu wilayah kekuasaan Jawa mencakup luas mulai dari Nusantara, Indocina, China, dan India. Kejayaan tersebut tak terlepas dari penguasaan teknologi kapal laut yang memang saat ini menjadi satu-satunya
transportasi laut yang menghubungkan daerah-daerah kekuasaannya. Kapal Jong Majapahit sangatlah disegani.
 
Menurut Irawan Djoko Nugroho dalam bukunya Majapahit Peradaban Maritim (2011), jumlah armada Jong Majapahit ketika itu mencapai 400 kapal. Bandingkan dengan armada kapal yang dimiliki VOC (Belanda), EIC, Spanyol, dan Portugis pada tahun sesudahnya (1674). Kalau kekuatan itu digabung, mereka yang menguasai India, Nusantara, Indocina, dan China hanya memiliki 124 kapal.

Sejak Abad III
 
Berdasarkan catatan sejarah dari China dan Portugis, Jawa atau Nusantara melakukan berbagai pelayaran menyeberangi Samudra Hindia dengan kapal besar ke Madagaskar pada abad ke-3 hingga ke-17. Kapal berbobot lebih dari 500 ton itu tentu saja termasuk kapal tercanggih di zamannya. Bukan apa-apa, kapal layar berukuran panjang sekitar 70 meter itu mampu membawa penumpang sebanyak 600 orang.

Kapal-kapal itu biasanya dilengkapi dengan empat layar yang terbuat dari tanaman yang dianyam. Ketika angin berembus, layar-layar itu mudah digerakkan sesuai arah angin. Dengan demikian, laju kapal dapat bergerak lincah sesuai tujuan. Sekali lagi, Jawa telah menunjukkan penguasaan teknologi maritimnya. Coba bandingkan dengan kapalkapal perintis yang dibuat bangsa Eropa.

Kapal Gracedieu buatan Inggris pada 1418 misalnya, memiliki panjang hanya 54 meter. Lagi pula kapal ini tak mampu berlayar. Bertahun-tahun hanya mengapung dan akhirnya ludes terbakar dilalap si jago merah. Lalu, diluncurkan Kapal Christoporus Columbus pada 1492 dan Vasco da Gama (1497). Kapal-kapal tersebut hanya memiliki kapasitas masing-masing 88 dan 171 penumpang.

“Kapal-kapal besar Eropa baru hadir setelah melewati hubungan interkasi dengan kapal-kapal yang digunakan di wilayah-wilayah yang mendapat pengaruh kuat dari Jawa,” ungkap Irawan. Fakta tersebut menunjukkan, perdagangan yang dikelola Jawa jauh melampaui gabungan pedagang besar di wilayah Eropa.
Kedigdayaan Jawa ketika itu benar-benar tak ada yang mampu menandinginya. Dengan armada laut yang kuat dan gagah perkasa itulah, para pendahulu kita mampu mengendalikan pelabuhan-pelabuhan yang menjadi sumber perekonomian Nusantara. Tak berlebihan kalau tempo dulu (abad ke-12) Jawa sangat termasyhur di jagat raya.

Bahkan seorang ekonom China pernah menulis, dari semua kerajaan asing yang kaya raya (memiliki cadangan devisa berlimpah ruah), kehebatan bangsa She-p’o (Jawa) berada di urutan kedua setelah bangsa Ta-shih (Arab). Urutan ketiga ditempati San-fo-Chi (Sriwijaya). Marco Polo mengungkapkan, jumlah emas yang dikumpulkan Majapahit lebih banyak daripada yang dihitung dan hampir tidak dapat dipercaya. Jawa menjadi pemegang rekor sebagai kerajaan yang paling banyak memiliki cadangan logam mulia tersebut.

Uniknya lagi, cadangan tersebut bukan berasal dari perut bumi di tanah Jawa. Bongkahan emas-emas itu dikumpulkan melalui aktivitas pengendalian pelabuhan-pelabuhan di dunia. Saking kaya rayanya Jawa, membuat bangsa Mongol pernah menargetkan penyerangan besar-besaran di wilayah Jawa yang berada di Samudra Selatan (Samudra Hindia). Namun mereka tak pernah berhasil mewujudkan impiannya itu.

Barus dan Cengkeh

Selain menguasai teknologi perkapalan dan navigasi (peta), Nusantara juga diperkuat dengan kekuatan agraris yang tiada tara. Dari ujung daratan Sumatra Utara, tepatnya di Kota Barus, dulu dikenal sebagai penghasil kapur barus yang diperoleh dari pohon kamper (Dryobalanops aromatica). Barus sudah menjadi catatan tertua ahli filsafat termasyhur dari Alexandra, Ptolemaeus sebagai penghasil bahan pengawet yang harganya melebihi emas.

Sudah menjadi rahasia umum kalau jasad Raja Mesir Kuno, Firaun masih utuh hingga kini lantaran dibalsem dengan menggunakan kapur barus asal Nusantara. Sejarah mencatat, sejak tahun 3000 Sebelum Masehi (SM), kapur barus telah melanglang buana ke Mesir. Hal ini menunjukkan, Jawa dan Mesir sudah lama melakukan diplomasi niaga melalui armada laut. Kapur barus ini sudah diniagakan sejak 6.000 tahun silam.

Tak ada cara lain, perdagangan tersebut dapat terjadi melalui angkutan kapal laut. Bergeser ke timur, tepatnya di Maluku, juga terhampar luas cengkeh yang kelak di kemudian hari membuat Belanda sangat bernafsu untuk menguasainya. Catatan mengenai popularitas cengkeh dari Maluku dikemukakan arkeolog Giorgio Buccellati. Dari rumah seorang pedagang di Terqa, Efrat Tengah pada 1700 SM, ia menemukan wadah berisi cengkeh.

Ketika itu di dunia, cengkeh hanya diketahui dapat tumbuh di pulau-pulau kecil di Maluku. Rempah-rempah ini telah menjadi barang berharga bagi para pembesar yang dapat digunakan untuk aneka keperluan mulai dari perasa makanan, minuman, obat-obatan, dan rokok lantaran memiliki cita rasa prima. Cengkeh Maluku bisa sampai ke Efrat tersebut berkat peran para pelaut Jawa yang dengan gagah berani mampu menaklukkan samudra luas hingga ke Timur Tengah, Eropa, dan Cina.

Kalau sekarang ini ekonomi Indonesia terpuruk dan kalah jauh dibandingkan dengan kekuasaan Jawa tempo dulu, tentu ada yang salah dalam membangun dan menata bangsa ini. Laut yang harusnya menjadi pemersatu bangsa terkesan dibiarkan, tak diurus sebaik-baiknya. Terbukti, pelayaran niaga yang melayani ekspor-impor di perairan Nusantara kini dikuasai asing.

Dari seluruh kapal niaga yang melayani kebutuhan tersebut, hanya 10 persen yang berbendara Indonesia. Sisanya, yang 90 persen dioperasikan oleh pihak asing. Ya, kini kita seperti menjadi penonton di rumah sendiri. Kita telah tega meninggalkan sejarah gemilang yang telah terukir itu.

Agar Nusantara Kembali Bersinar

Rakyat Jawa telah menjelma menjadi budak-budak dari kolonialis tersebut.
Popularitas Jawa (Nusantara) mulai meredup ketika para penguasa melupakan lautnya. Itulah yang tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa. Dominasi niaga laut Jawa berakhir saat panglima Pajang Senapati memberontak terhadap ahli waris sah Kerajaan Pajang. Lebih dari itu, Senapati malah membubarkan dan menelantarkan armada laut yang selama ini menjadi kedigdayaan Nusantara.

Ia mengisolasi Jawa dari luar. Akibatnya, dominasi negara maritim yang pernah berjaya itu terus meredup. Apalagi para penerus Panembahan Senapati senantiasa menakutnakuti rakyatnya agar tidak melaut dengan kisah angker Nyi Roro Kidul sebagai penguasa laut selatan Jawa. Perilaku raja yang meminggirkan negara maritim dan melupakan sejarah kejayaan sebagai penguasa dunia itu mengakibatkan Jawa kian terpuruk.

Hal ini pula yang mendorong bangsa Eropa, khususnya Belanda, dengan mudah menaklukkan Jawa. Sebagaimana dikatakan Raja Mongol, Kubilai Khan, jika pasukan Mongol mampu mengalahkan Jawa maka negara-negara lain akan tunduk dengan sendirinya. Ia yakin dengan ucapannya itu karena memang tidak mudah menaklukkan tentara dan dominasi niaga yang dibangun Jawa. Sepanjang kariernya, Mongol kalah telak melawan pasukan perang dari Jawa. Prediksi Kubilai Khan memang benar.

Ketika Belanda berhasil menaklukkan dan menguasai Jawa dengan mudah karena memang minim perlawanan dari penguasa Jawa, sejak saat itulah VOC terus berkibar. Ia memonopoli perniagaan hampir setara dengan yang dikuasai Jawa. Sejak itulah, hari demi hari Jawa penuh dengan kegelapan. Nasibnya serupa dengan Eropa pasca-Romawi. Bahkan lebih tragis lagi, rakyat Jawa telah menjelma menjadi budak-budak dari kolonialis tersebut.

Karena itu, pesan Pontjo Sutowo, Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, tampaknya dapat menjadi renungan bagi kita semua. Ia mengatakan, jika kita ingin mewujudkan kehidupan masyarakat bangsa yang maju, modern, sejahtera, dan menjadi adidaya maka kita harus tetap di laut dan menguasai kembali lautan. “Karena itu kita harus menyatukan tekad untuk membangun patriotisme baru yang memiliki akar sejarah yang kuat. Yakni, semangat maritim dengan nilai-nilai budaya kemaritimannya,” ujar Pontjo.

Dengan kata lain, Indonesia dapat bersinar lagi di kancah perekonomian global jika dan hanya jika seluruh pemimpin negeri memiliki kebijakan kuat di laut. Apalagi sekitar 70 persen wilayah Indonesia berupa laut. Tak hanya itu. Indonesia adalah negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan keunggulan komparatif tersebut dan didukung sejarah budaya maritim yang kuat, dan kemauan untuk berubah maka niscaya kita mampu mengembalikan kejayaan Nusantara di masa silam.

Rabu, 12 Maret 2014

Kebangkitan PT. Dirgantara Indonesia Dengan Meraup Keuntungan

Manuver Penting Setelah Mati Suri
PT Dirgantara Indonesia mulai menggeliat setelah sekian tahun lunglai tak berdaya. Mulai 2009, perusahaan pembuat pesawat itu telah mencatatkan laba. Kini restrukturisasi keuangan yang sudah dilakukan mulai memperlihatkan hasil dan kontrak pun mulai berdatangan.

PT Dirgantara Indonesia pernah dielu-elukan masyarakat karena menaikkan pamor bangsa Indonesia di bidang teknologi. Pada era 80-an, sewaktu masih bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), institusi itu sudah membuktikan bahwa Indonesia sudah bisa berdiri sejajar dengan negara maju lain karena mampu memproduksi pesawat terbang sendiri.

Tidak hanya itu, IPTN juga mampu membuat helikopter dan senjata, serta menjadi penyedia jasa pelatihan dan pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat pabrikan terkenal dunia. Selain itu perusahaan yang berdiri sejak 1976 itu juga sanggup membuat komponen pesawat untuk industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, dan Fokker.

Namun, perusahaan yang pada 1985 berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) itu sempat hampir crash ketika krisis moneter 1998 mengguncang Indonesia. Akibatnya, pada 2000, IPTN direstrukturisasi dengan mengubah nama menjadi PTDirgantara Indonesia (PTDI) hingga kini. Jadilah, sepanjang periode 1998 hingga 2002, PTDI merugi hingga Rp7,25 triliun dan terbelit utang sebesar Rp3 triliun.

Pasca reformasi, Presiden Abdurahman Wahid yang berkuasa saat itu, memberikan tugas khusus kepada Rizal Ramli yang sedang menjabat Direktur Utama Bulog, untuk membenahi PTDI yang sekarat. Hasilnya, mulai 2002, lambat laun kinerja perseroan pesawat terbang ini mulai menunjukkan perbaikan.

Sayangnya ketika BUMN dipimpin Laksama Sukardi di saat Presiden Megawati berkuasa pada 2001, PTDI kembali diterpa kerugian karena sepinya permintaan pembuatan pesawat terbang. Akibatnya, terjadi perampingan karyawan besar-besar saat itu yaitu dari sekitar 16 ribu menjadi hanya sekitar empat ribuan.

Sejak saat itu, pamor PTDI anjlok karena lenyapnya pesanan pembuatan pesawat terbang. Banyak putra terbaik negeri di bidang teknologi pesawat memilih pindah ke luar negeri. Puncaknya ketika tahun 2007, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan PTDI pailit akibat belum mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya. Walhasil, PTDI makin terbebani dengan utang yang akhirnya membuat perusahaan yang pernah dipimpin oleh BJ Habibie ini mati suri.

Pemerintah pun bergerak. Pada tahun yang sama, pemerintah merombak manajemen dan menunjuk Budi Santoso yang sebelumnya sebagai Direktur Utama PT Pindad, menjadi orang nomor satu di sana. Perlahan namun pasti kinerja PTDI mulai menunjukkan perkembangan positif. Hal Itu terlihat dari catatan keuntungan yang mulai muncul sejak 2009 mencapai Rp117,08 miliar, padahal setahun sebelumnya PTDI masih merugi sekitar Rp84,34 miliar.

Manajemen tentu tak mau kehilangan momentum perbaikan ini. Tak heran jika pada 2010 diputuskan untuk mengalokasikan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp225,11 miliar, melonjak tajam dari Rp7,3 miliar pada 2009. Sedangkan belanja operasional ditargetkan mencapai Rp 1,63 triliun, dari sebelumnya Rp 889,7 miliar.

Total nilai penjualan pada 2010 mencapai Rp1,29 triliun yang terdiri atas penjualan dalam negeri Rp538,53 miliar dan penjualan dalam negeri Rp755,25 miliar, dari sebelumnya diperkirakan Rp771 miliar.

Meski begitu neraca keuangan perseroan pada 2010 masih mencatat utang jangka panjang sebesar Rp2,5 triliun, naik dari perkiraan sebelumnya Rp1,79 triliun. Kondisi itu membuat PTDI bisa dikatakan masih sakit.

Untuk menyembuhkannya, maka Budi dan kawan-kawan mengajukan tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) nontunai kepada pemerintah yang dibagi atas dua bagian. Pertama, konversi utang baik luar negeri (SLA) dan pinjaman dari rekening dana investasi (RDI) menjadi PMN senilai Rp1,41 triliun. Kedua, pengesahan penyertaan modal sementara senilai Rp2,38 triliun. Langkah kedua ini diharapkan akan memperbaiki kondisi ekuitas perusahaan yang memang tengah tertekan senilai Rp436 miliar dari revaluasi aset tanah dan selisih nilai PMN dana talangan tahap II senilai Rp18 miliar.

Pengajuan PMN nontunai ini dilakukan sebagai bagian dari upaya PTDI menyehatkan kembali neracanya yang diwarnai ekuitas negatif hingga Rp707 miliar tahun 2010. Dengan adanya PMN nontunai ini, diharapkan akan mendongkrak nilai ekuitasnya menjadi positif Rp1,191 triliun tahun 2011.

Tidak hanya meminta bantuan nontunai, PTDI juga mengajukan PMN dalam bentuk tunai senilai Rp675 miliar kepada DPR. Namun, langkah ini dimintakan untuk menyehatkan posisi kas yang defisit.

Selain itu, PTDI juga meminta tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2,055 triliun pada 2012. Dana PMN 2012 itu antara lain dibutuhkan untuk investasi senilai Rp 707miliar.

Pesawat-pesawat Ini Telah Diproduksi PT DI, Apa Saja..?


PT Dirgantara Indonesia (Persero) hingga 2012 telah memproduksi tak kurang dari 309 unit pesawat terbang.

Direktur Komersial dan Restrukturisasi PT DI Budiman Saleh, Jumat (14/2/2014) mengatakan pesawat yang paling banyak diproduksi adalah jenis CN235, dengan kontrak hingga 262 unit. Selain itu, apalagi jenis pesawat yang diproduksi perusahaan pelat merah di bidang kedirgantaraan itu?

1. NBO105NBO105 adalah helikopter yang diproduksi sejak tahun 1976, kala itu PT DI masih bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Helikopter ini berlisensi MBB Jerman. Hingga 2012, PT DI telah membuat 122 unit NBO105. Namun, saat ini PT DI tidak memproduksi lagi helikopter tersebut. 2.

2. NBELL412NBELL412 adalah helikopter yang diproduksi sejak 1984, ketika PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio berubah nama menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (PT IPTN). Helikopter jenis ini diproduksi dengan menggunakan lisensi dari Bell Textron USA. Hingga 2012 PT DI telah merampungkan 45 unit NBELL412. Namun, kini PT DI tak lagi memproduksi helikopter tersebut. Kendati demikian, PT DI kembali bekerjasama dengan Bell Textron USA untuk memodifikasi, dan sebagai global supplier BELL412 EP. 3.

3. NSA330Hingga 2012, PT DI memproduksi sekitar 11 unit NSA330, yang digunakan oleh TNI AU Republik Indonesia. Helikopter puma ini diproduksi sejak 1982, zaman PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, dengan lisensi dari Aerospatiale Perancis (sekarang Eurocopter). Kini, PT DI tak lagi memproduksi NSA330, diganti menjadi NAS332. 4.

4. NAS332NAS332 juga diproduksi sejak 1982. Hingga 2012, helikopter super puma ini telah diproduksi sebanyak 20 unit, dengan lisensi Eurocopter. 5.

5. NC212Hingga 2012 tercatat sebanyak 104 unit NC212 yang telah diproduksi PT DI. NC212 merupakan pesawat multiguna yang mampu membawa 20 penumpang atau muatan 2.000 kg. NC212 seri 200 dan 400 dapat digunakan sebagai pembuat hujan, patroli maritim dan penjaga pantai. Kementerian Pertanian Thailand menggunakan NC212 sebagai pembuat hujan. Sementara TNI AL Republik Indonesia menggunakan seri 200 sebagai patroli maritim selain CN235. 6.

6. CN235CN235 menjadi salah satu produk unggulan PT DI. Hingga 2012 tercatat sebanyak 62 unit pesawat jenis ini yang telah diproduksi, dari kontrak sebanyak 262 unit. CN235 mulai dirancang bangun sejak 1979 bersama CASA. Pesawat ini dirancang untuk multiguna, mampu melakukan short take off and landing, dan dioperasikan di landasan perintis yang pendek (800 meter). Pesawat ini telah diproduksi dengan berbagai varian, dengan varian pertama seri 10 dan 100. Sementara itu, varian terakhir menggunakan 2 mesin buatan GE tipe CT7-9C yang masing-masing berdaya 1750 SHP. 7.

7. CN295CN295 merupakan pesawat hasil pengembangan CN235 oleh Airbus Military (atau CASA). Badan pesawat lebih panjang 3 meter dibanding CN235, sehingga dapat membawa 40 sampai 50 penumpang.

CN295 digerakkan oleh 2 mesin turboprop Pratt & Whitney. Hingga 2012 PT DI telah mendeliver 2 dari 9 unit kontrak CN295 untuk TNI AU.

PTDI, yang Dulu Buntung Sekarang Untung


BUMN produsen pesawat dan helikopter yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah memasuki masa kebangkitan. Setelah mengalami masa sulit pasca badai krisis ekonomi tahun 1998. Angin segar pun datang pada BUMN yang bermarkas di Bandung Jawa Barat ini.

Kebangkitan PTDI bermula saat perseroan memperoleh suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,075 triliun, serta pasca menjalani program restrukturisasi dan revitalisasi pada tahun 2011. Apalagi PTDI didukung oleh kebijakan pemerintah melalui Perpres 42/2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), sehingga praktis PTDI menjadi prioritas dalam memasok pesawat dan helikopter untuk TNI.

"Dari 2012, pasca restrukturisasi itu pejualan, aset dan ekuitas di PTDI naik," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh di Kantor Pusat PTDI di Bandung saat ditemui akhir pekan lalu (14/2/2014).

Padahal di 2007, PTDI pernah dinyatakan pailit, namun kemudian putusan pailit dibatalkan di 2008. Selain itu, di 2010, modal (ekuitas) PTDI masih negatif senilai Rp 442 miliar. Namun semenjak menjalani program restrukturisasi dan revitalisasi, keuangan PTDI dari yang dulunya berdarah-darah menjadi positif.

Lalu di 2013, perseroan tercatat memperoleh laba bersih senilai Rp 10,27 miliar dan pejualan Rp 3,51 triliun. Sedangkan total kontrak baru dan lama yang diperoleh hingga akhir 2013 senilai Rp 10,83 triliun.

Sedangkan di 2014, dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), PTDI menargetkan memperoleh laba bersih senilai Rp 66,54 miliar atau naik 548% dari pencapaian 2013. Sementara, perseroan menargetkan penjualan Rp 4,85 triliun dan kontrak sebesar Rp 12,65 triliun.

Kontrak dan penjualan tersebut datang dari lini bisnis penjualan helikopter dan pesawat, jasa pembuatan komponen pesawat dan helikopter (aerostructure), jasa perawatan pesawat (aircraft services), serta teknologi dan pengembangan.

Ke depan, PTDI fokus melakukan jasa engineering dan pengembangan program pesawat jet tempur KFX/IFX dan pesawat N219. Serta melakukan pengembangan pesawat lama yakni CN235 Next Generation (N245) dan pesawat NC212i.

PT DI Akan Membuat 50 Pesawat Tempur untuk TNI-AU

F/A-50-pesawat tempur rancangan Korsel (hasil pengembangan dari T-50 Golden Eagle bersama Lockheed Martin) yang membutuhkan mitra pengembangan dari negara lain

Upaya PT Dirgantara Indonesia Bertahan di Industri Pesawat Terbang Bangkit Lewat Ketiak Sayap Airbus

Dalam beberapa kesempatan, Prof Dr Ing Bacharuddin Jusuf Habibie mengaku sangat kecewa melihat nasib PT Dirgantara Indonesia. Sebab, industri pesawat terbang yang dirintisnya itu kini jalan di tempat. Bagaimana kondisinya sekarang? --- " KITA pernah mengembangkan sendiri pesawat terbang CN-235 dan N-250 untuk membuktikan bahwa SDM Indonesia mampu menguasai dan mengembangkan teknologi secanggih apa pun. Di mana itu semua sekarang?" tegas B.J. Habibie, mantan presiden RI, di depan peserta kuliah umum bertema Filsafat dan Teknologi untuk Pembangunan di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat lalu (12/3).

Ya, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) memang tidak bisa dibandingkan dengan ketika perusahaan itu masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dan Habibie masih menjabat presiden direktur. Saat itu IPTN memiliki 16 ribu karyawan. Kompleks gedung IPTN di kawasan Jalan Pajajaran, Bandung, berdiri megah, menempati lahan seluas 83 hektare.

Yang paling laris adalah pesawat CN-235. Pesawat berkapasitas 35 sampai 40 orang itu paling banyak diorder dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, ada pesawat C-212 (kapasitas 19-24 orang). Produk chopper alias helikopter juga tak mau kalah. Ada NBO-105, NAS-332 Super Puma, NBell-412, dan sebagainya. Semua produk burung besi tersebut begitu membanggakan bangsa saat itu.

Namun, persoalan muncul saat krisis ekonomi menggebuk Indonesia pada 1998. Ketika itu, PT DI yang bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) mendapat order membuat pesawat N-250 dari luar negeri. Pesawat terbang ini berkapasitas 50 hingga 64 orang. Sebuah kapasitas ideal untuk penerbangan komersial domestik. Umumnya pesawat domestik di tanah air saat ini menggunakan pesawat dari kelas yang tak jauh berbeda dari N-250.

PT DI menerima pesanan 120 pesawat. Ongkos proyek yang disepakati USD 1,2 milliar. PT DI langsung tancap gas. Ribuan karyawan direkrut. Mesin-mesin pembuat komponen didatangkan. ''Kami berupaya keras menyelesaikan proyek itu sesuai target,'' tutur Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito saat ditemui Jawa Pos di Bandung pekan lalu.

Namun, PT DI harus menelan pil pahit. Pemulihan krisis ekonomi bersama International Monetary Fund alias IMF mengharuskan Indonesia menerima sejumlah kesepakatan. Salah satunya, Indonesia tak boleh lagi berdagang pesawat. ''Itu benar-benar memukul kami,'' kata Budiwuraskito, pria Semarang ini.

Padahal, kata Budi, PT DI telanjur merekrut banyak karyawan. Sejumlah teknologi dan peralatan sudah didatangkan. Semua siap produksi. Pesawat contoh bahkan sudah jadi, sudah bisa terbang, dan siap dijual. Tinggal menunggu proses sertifikasi penerbangan. ''Nggak tahu, mungkin ada negara yang takut tersaingi kalau Indonesia bikin pesawat,'' ujarnya mengingat sejarah kelam PT DI itu.

Bayangan menerima duit gede USD 1,2 milliar menguap. Malah, PT DI harus memikirkan cara menghidupi karyawan yang telanjur direkrut. Proyek memang batal, tapi orang-orang yang hidup dari PT DI juga tetap harus dikasih makan. ''Akhirnya, mau tidak mau, kami mem-PHK karyawan secara baik-baik,'' katanya.

Pada 2003, PT DI memutus kerja sembilan ribu lebih karyawan. Jumlah itu terus bertambah. Dari 16 ribu pekerja, PT DI hanya menyisakan tiga ribu pekerja. Baik di bagian produksi maupun manajemen. Kondisi itu semakin membuat PT DI terpuruk. Apalagi, tak ada lagi order pesawat yang datang. Roda perusahaan pun tak berjalan.

Namun, PT DI berupaya mempertahankan diri. Semua pasar yang bisa menghasilkan duit disasar. Mulai pembuatan komponen pesawat hingga industri rumah tangga seperti pembuatan sendok, garpu, dan sejenisnya. Salah satunya membuat alat pencetak panci.

''Pabrik-pabrik pembuat panci itu kan perlu alat pencetak. Biasanya mereka impor dari luar negeri. Mengapa harus impor kalau bisa kita bikinin. Dan, itu lumayan untuk membuat roda perusahaan berjalan,'' kata Budi. Tapi, urusan panci itu tak banyak membantu. Pada 2007, BUMN yang didirikan pada 26 April 1976 itu dinyatakan pailit alias bangkrut. *** PT DI tak lantas almarhum. Pemerintah masih punya keinginan mengembangkannya meski modal yang diberikan tak terlalu deras. Dan, kendati sudah dinyatakan pailit, masih ada rekanan dari mancanegara yang percaya akan kualitas produk PT DI.

Salah satunya British Aerospace (BAE). PT DI mendapat order sebagai subkontrak sayap pesawat Airbus A380 dari pabrik burung besi asal Inggris itu. Juga ada order dari dua negara Timur Tengah enam pesawat jenis N-2130. Apalagi, Indonesia sudah menceraikan IMF. Artinya, PT DI sudah leluasa berdagang pesawat.

Budi menuturkan, order enam pesawat itulah yang bisa dibilang ''menyelamatkan'' PT DI saat itu. Laba dari pesanan itu digunakan sebagai modal pengembangan. Selain itu, PT DI semakin fokus menggarap pasar komponen dan bagian-bagian pesawat dengan menjadi subkontrak atau offset program. Antara lain bagian inboard outer fixed leading edge (IOFLE) dan drive rib alias ''ketiak'' sayap milik Airbus A380.

Airbus A380 adalah pesawat bikinan Airbus SAS (Prancis) yang sudah kondang di jagat dirgantara. Pesawat ini biasanya digunakan untuk penerbangan internasional lintas benua dengan muatan 500 hingga 800 penumpang. ''Kita mencoba meraih untung dengan menjadi subkontrak dari pemain besar,'' kata Budi.

Kondisi PT DI terus membaik. Dalam waktu dekat mereka akan memproduksi pesawat tempur dengan dana urunan bersama pemerintah Korea Selatan (Korsel) sebesar USD 8 milliar. Indonesia menyumbang USD 2 milliar, sedangkan pemerintah Korsel USD 6 milliar. ''Tapi, untuk Indonesia itu akan kita konversikan dalam bentuk tenaga, teknologi, dan pengembangan pesawat tersebut,'' katanya.

Kemampuannya tak jauh berbeda dengan F-16 Fightning Falcon, pesawat tempur kondang buatan Amerika Serikat yang digunakan 24 negara di dunia. Rinciannya, 200 unit untuk Korsel dan 50 untuk Indonesia. ''Proyek ini memakan waktu sampai tujuh tahun,'' kata Budi.

Selain itu, order dari Timur Tengah terus berdatangan. Sejumlah negara memesan CN-235 untuk pesawat pengawas pantai, pengangkut personel militer, dan pemantau perbatasan. Dari dalam negeri, Kementerian Pertahanan (Kemhan) juga memesan enam unit helikopter dan Badan SAR Nasional (Basarnas) empat unit.

Budi mengakui, tren industri dirgantara di Indonesia terus naik kendati perlahan. Paling tidak, tujuh tahun ke depan, PT DI bisa meraup laba yang lumayan dari membuat pesawat. Sebenarnya, kata Budi, keuntungan itu bisa didongkrak bila ada keberanian mencari pinjaman. Tapi, itu bakal sulit. ''Tidak banyak bank yang mau. Sebab, risikonya terlalu tinggi. Padahal, semakin tinggi risiko, janji revenue juga besar,'' kata Budi yang lulusan Teknik Penerbangan, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan menyelesaikan gelar MBA di Belanda itu.

Strategi pengembangan PT DI saat ini, kata Budi, tak bisa terlalu ekspansif. PT DI memilih berjalan perlahan dengan memanfaatkan margin keuntungan sebagai modal pengembangan. ''Begini saja, lebih aman,'' kata Budi lantas tersenyum.

PT. DI Bukukan Penjualan Pesawat Rp. 3.3 T Di 2013

Pabrikan pesawat dunia seperti Boeing dan Airbus pada 2013 mampu memproduksi dan mengirimkan ratusan pesawat ke berbagai penjuru dunia. Bagaimana dengan pabrik pesawat dan helikopter asal Indonesia, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI)?

PTDI merupakan BUMN yang bermarkas di Bandung Jawa Barat, mampu menyelesaikan perakitan dan pengiriman hingga 5 unit pesawat terbang dan 19 helikopter pesanan Kementerian Pertahanan (TNI AD, TNI AL, TNI AU), Kepolisian hingga Basarnas.

"Pesawat CN 295 sebanyak 3 unit, CN 235 sebanyak 2 unit, helikopter SAR AS365 N3+ Dauphin sebanyak 2 unit, helikopter Bell 412 EP sebanyak 17 unit," kata Manajer Komunikasi PTDI Sonny Saleh Ibrahim, Selasa (14/1/2014).

PTDI juga meraih kontrak baru pada 2013 sebesar Rp 4,4 triliun dan penjualan sebesar Rp 3,3 triliun. Untuk tahun 2014 hingga 2015, PTDI menargetkan bisa menyelesaikan dan mengirimkan berbagai pesanan pesawat dan helikopter ke dalam dan luar negeri.

Pesanan pesawat dan helikopter yang harus diselesaikan antara lain: CN 235 Patroli Maritim sebanyak 2 unit ke TNI AL, CN 235 MPA sebanyak 1 unit ke TNI AU, NC 212-200 sebanyak 1 unit ke TNI AU, CN 295 sebanyak 6 unit ke TNI AU, NC 212-400 sebanyak 2 unit ke Militer Filipina, NC 212-400 sebanyak 1 unit ke Thailand, helikopter NAS Super Puma sebanyak 2 unit ke TNI AU, helikopter EC725 Super Cougar sebanyak 6 unit ke TNI AU, helikopter Bell 412 EP sebanyak 16 unit ke TNI AD, helikopter SAR AS365 N3+ Dauphin sebanyak 2 unit ke Basarnas, helikopter AS 550 Fennec sebanyak 12 unit ke TNI AD, helikopter AS-565 Panther sebanyak 11 unit ke TNI AL.

Kolaborasi PT. DI Dan Lapan

Lapan dan PT Dirgantara Indonesia (DI) menandatangani kontrak pengembangan pesawat N219. Penandatanganan berlangsung di kantor pusat Lapan, Rawamangun Jakarta Timur, Selasa (25/2). Pengembangan pesawat ini akan menjadi titik kebangkitan industri pesawat berpenumpang Indonesia.

Direktur Utama PT DI mengatakan bahwa, kerja sama dalam pembangunan pesawat ini merupakan tonggak sejarah bangsa dan instansi pemerintah. “Kerja sama ini juga menjadi pintu pembuka bagi bangsa ini sehingga negara Indonesia dapat menghasilkan model pesawat terbang yang bisa bersaing di dunia. Selain itu, pembuatan N219 juga menjadi wadah untuk mewariskan kemampuan pembangunan pesawat terbang kepada generasi muda.” ujarnya.

Sementara itu, dalam sambutannya, Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Soewarto Hardhienata, mengatakan bahwa program pengembangan N219 merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia baik di Lapan dan PT DI di bidang pengelolaan pesawat terbang.

N219 merupakan pesawat yang sepenuhnya dirancang oleh putera-puteri Indonesia. Pesawat ini merupakan pesawat regional komuter yang dirancang bersama Lapan dan PT DI dan akan diproduksi PTDI. Saat ini, pengembangan N219 telah mencapai tahap preliminary design dan siap memasuki detail design dan pembuatan komponen. Integrasi akan dilaksanakan pada 2015 dan direncanakan terbang pada 2016.

Pesawat berpenumpang 19 orang ini akan memenuhi kebutuhan transportasi di Indonesia. Wilayah Indonesia memerlukan alat transportasi udara untuk konektivitas antar pulau agar lebih efisien. Pesawat-pesawat kecil yang hanya membutuhkan landasan kecil dianggap paling cocok untuk dapat menjadi penghubung bagi daerah terpencil di nusantara.

N219 diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah terpencil dan perbatasan melalui ketersediaan sarana transportasi udara perintis. Pengembangan pesawat ini juga akan menumbuhkan industri penerbangan nasional, industri pendukung, dan operator pesawat terbang. Pada akhirnya, pengembangan pesawat ini juga akan meningkatkan kemandirian nasional dalam produksi sarana transportasi udara.


PT Dirgantara Kucurkan Rp100 M Kembangkan N219



Direktur Utama (Dirut) PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso menyebutkan bahwa pihaknya mengucurkan modal sebesar Rp100 miliar untuk pengembangan Pesawat N219.

"Biaya pengembangan ini sebagian besar ditanggung pemerintah. Melalui anggaran yang kita kucurkan ke LAPAN yaitu Rp400 Miliar,kalau dari PT DI Rp100 miliar lebih, sampai 2015," ujar Dirut PTDI Budi Santoso di Lantai 3 Kantor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Selasa (25/2/2014).

Ia juga menjelaskan skema Pesawat N219 untuk terbang udara harus mendapat sertifikasi dari Kementerian Perhubungan yang rencananya akan keluar di 2016 dan siap mengudara pada 2017.

"Kita arahkan 2016 sertifikasi, setelah dapat sertifikasinya kelaikan dari perhubungan, mudah-mudahan 2017 baru kita operasikan, kita jual operator," jelasnya.

Selain itu, Kepala Program N-219 dari LAPAN Agus Aribowo mengatakan pesawat asli rancangan dari perusahaan plat merah ini dijual dengan harga antara US$3,8 juta hingga US$4,5 juta atau sekitar Rp38 miliar hingga Rp45 miliar.

Sebagai infomasi, PTDI juga mendapatkan pesanan pesawat dari Lion Air yang memesan paling banyak yaitu 50 pesawat N219, lalu ada Nuansa Buana Air (NBA) 30 dan PT Merpati Nusantara Airlines 20 unit.

Juga Pemerintah Daerah (Pemda) Papua dan Papua Barat memesan 15 pesawat N219. Selain itu, Pemda Aceh masih dalam negosiasi 6 pesawat, sedangkan Pemda di Sulawesi 6 pesawat dan Riau 4 pesawat.

Setelah N219, PT DI Dan Lapan Bakal Buat N245 Dan N270


PT Dirgantara Indonesia (PT DI) makin berambisi mengembangkan dan membuat pesawat produksi dalam negeri. Walau sertifikasi untuk pesawat N219 belum tuntas, PT DI sudah menyampaikan ambisinya mengembangkan pesawat N245 dan N270.

Deputi Bidang Teknologi Lapan, Soewarto Hardhienata mengatakan, dalam pengembangan pesawat ini, Lapan akan membantu pembiayaan dengan timbal balik SDM bidang mesin yang dimiliki Lapan akan bekerja di PT DI.

"Program ini anugerah besar sekaligus merupakan tantangan, taruhan. Kalau ini jalan mulus maka pemerintah dan masyarakat akan percaya kepada kita, menjalani penerbangan selanjutnya," ucap Soewarto di kantor pusat Lapan, Jakarta, Selasa (25/2).

Pesawat N245 merupakan pesawat dengan dua engine (mesin) dengan kapasitas angkut 45 penumpang. Sedangkan N270 merupakan pesawat dua mesin dan punya daya angkut lebih besar yakni 70 penumpang. Pengembangan dua pesawat ini rencananya dilakukan pada 2017.

"Sekarang belum ada anggaran, mungkin pertengahan 2016 kita ajukan. Pengembangan setelah selesai sertifikasi N219 (2016)," tegasnya.

Kepala Pusat Teknologi Penerbangan Lapan Gunawam Setyo Prabowo menambahkan, kerja sama pengembangan pesawat N245 dan N270 dengan PT DI akan sama dengan pengembangan N219.

"Mirip seperti ini dan setelah N 219 selesai. Kita ikut pengembangan sampai sertfikasi dengan memasukkan enginer kita. Kita ikut dalam model perencanaan," tutupnya.

PT DI Raup Untung dari Pesawat dan Helikopter Tahun 2013


Pabrikan pesawat dunia seperti Boeing dan Airbus pada 2013 mampu memproduksi dan mengirimkan ratusan pesawat ke berbagai penjuru dunia. Bagaimana dengan pabrik pesawat dan helikopter asal Indonesia, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI)?

PTDI merupakan BUMN yang bermarkas di Bandung Jawa Barat, mampu menyelesaikan perakitan dan pengiriman hingga 5 unit pesawat terbang dan 19 helikopter pesanan Kementerian Pertahanan (TNI AD, TNI AL, TNI AU), Kepolisian hingga Basarnas.

"Pesawat CN 295 sebanyak 3 unit, CN 235 sebanyak 2 unit, helikopter SAR AS365 N3+ Dauphin sebanyak 2 unit, helikopter Bell 412 EP sebanyak 17 unit," kata Manajer Komunikasi PTDI Sonny Saleh Ibrahim kepada detikFinance, Selasa (14/1/2014).

PTDI juga meraih kontrak baru pada 2013 sebesar Rp 4,4 triliun dan penjualan sebesar Rp 3,3 triliun. Untuk tahun 2014 hingga 2015, PTDI menargetkan bisa menyelesaikan dan mengirimkan berbagai pesanan pesawat dan helikopter ke dalam dan luar negeri.

Pesanan pesawat dan helikopter yang harus diselesaikan antara lain: CN 235 Patroli Maritim sebanyak 2 unit ke TNI AL, CN 235 MPA sebanyak 1 unit ke TNI AU, NC 212-200 sebanyak 1 unit ke TNI AU, CN 295 sebanyak 6 unit ke TNI AU, NC 212-400 sebanyak 2 unit ke Militer Filipina, NC 212-400 sebanyak 1 unit ke Thailand, helikopter NAS Super Puma sebanyak 2 unit ke TNI AU, helikopter EC725 Super Cougar sebanyak 6 unit ke TNI AU, helikopter Bell 412 EP sebanyak 16 unit ke TNI AD, helikopter SAR AS365 N3+ Dauphin sebanyak 2 unit ke Basarnas, helikopter AS 550 Fennec sebanyak 12 unit ke TNI AD, helikopter AS-565 Panther sebanyak 11 unit ke TNI AL.