SPECIAL

Minggu, 02 Maret 2014

Kapal Raksasa Seruduk Indonesia, Suez dan Panama Menyerah

Inilah kapal terbesar sejagat saat ini: Triple E. Panjangnya 400 meter. Tinggi 73 meter, dan lebar 59 meter. Bobot mati 160.000 ton. Memiliki dua baling-baling seberat 140 ton.

Luas kapal ini bisa menampung lebih dari empat lapangan sepak bola. Saking besarnya, kapal ini tidak akan muat jika melewati terusan Suez dan Panama. Jika melintasi benua, kapal ini menggunakan jalur tradisional.

Dipesan ekslusif oleh perusahaan pelayaran nomor satu dunia asal Denmark, Maersk Line, sebanyak 20 buah. Dibuat oleh galangan kapal laut ternama Korea selatan, Daewo. Mulai dibangun tahun 2006. Kapal pertama berlayar pada bulan Juli 2013 melalui Singapura menuju Eropa. Saat ini baru tiga buah yang jadi, Maersk Mc Kinney Moller, Majestic Mersk, dan Mary Maersk.

Nama Triple E diambali dari tiga prinsip yang melekat pada fungsi kapal tersebut. Economy of Scale (Skala ekonomi), Energgy efficient (Hemat energi), Environmentally improved (Ramah lingkungan). Karena konsumsi bahan bakar kapal ini lebih hemat 35% dan menghasilkan emisi CO2 50% lebih sedikit dibanding kapal kontainer yang dioperasikan sejumlah perusahaan pelayaran dunia saat ini.

Kapal ini bisa mengangkut 18.000 TEUs (kontainer). TEUs adalah jenis kontainer dengan panjang kira-kira 7 meter. Sebelumnya kapal terbesar di dunia Emma Maersk mampu mengangkut 14.000 TEUs. Pelabuhan besar duniapun harus menambah tinggi derek mereka agar bisa mencapai tumpukan kontainer yang paling atas.

Panglima Menantang Raksasa

Apakah kapal ini bisa mampir di Indonesia? Mustahil untuk saat ini. Pelabuhan yang dimiliki Indonesia jauh dari ukuran itu. Bayangkan saja, pelabuhan sebesar Tanjung Perak Surabaya pun hanya menerima kapal 3.000 kontainer. Medan, Makassar dan Batam hanya bisa menerima kapal 1.000 kontainer.



Dunia perkapalan memang terus memperbesar ukuran kapal. Ini untuk mengejar efisiensi angkutan barang. Kian besar kapal. Kian banyak yang bisa diangkut. Dan kian murah biaya angkutnya.

Indonesia kian terkucil. Indonesia hanya jadi feeder untuk pelabuhan-pelabuhan besar negara lain. Bahkan dibanding Singapura sekalipun. Singapura yang sebesar telaga tapi memiliki pelabuhan sebesar samudra. Sedangkan Indonesia yang sebesar Samudra hanya memiliki pelabuhan sebesar telaga. Yang mengakibatkan kegiatan ekspor impor Indonesia harus melalui Singapura.

Tapi jangan berkecil hati. Sebentar lagi Indonesia akan bebas dari keterkucilannya. Pasukan BUMN di bawah komando Dahlan Iskan bersama “panglima lautnya”, Dirut Pelindo II, RJ Lino akan merubah sejarah. Berhasil membuat pelabuhan besar yang bisa disinggahi kapal terbesar dunia saat ini.

PT Pengembangan Pelabuhan Indonesia, anak usaha PT Pelindo II awal 2013 lalu langsung beraksi membangun infrastruktur pelabuhan. Untuk menghindari padatnya lalu lintas, PT Jasa Marga langsung diminta membuat jalan tol menuju pelabuhan. Pelabuhan ini terletak 7 kilometer di tengah laut. Proyek ini juga melibatkan PT Kawasan berikat nusantara karena menggunakan tanah miliknya.

Pelabuhan ini bernama New Tanjung Priok atau Pelabuhan Kalibaru. Memiliki kedalaman sampai 16 meter.

Saat pelabuhan New Tanjung Periok selesai dibangun. Pelabuhan itu akan merubah peta logistik nasional dan internasional.

Pelabuhan itu membuat arus ekspor impor Indonesia tidak lagi melalui Singapura atau Hongkong. Bisa langsung ke Amerika dan Eropa atau tujuan lain. Biaya angkut terpangkas sampai 40%. Yang mendorong produk dalam negeri dapat lebih bersaing dengan produk dari Tiongkok atau Thailand di pasar dunia.

Pelabuhan Indonesia akan sejajar dengan 16 pelabuhan besar dunia yang tersertifikasi menangani muatan kapal seukuran Triple E. Tidak kalah dengan Singapura.

Pelabuhan itu dibangun tanpa menggunakan APBN sepeserpun. Padahal biaya pembangunan pelabuhan ini tidak main-main, 40 triliun. Pemerintah hanya diminta mengeluarkan izin oleh sang penggagas: RJ Lino. Selebihnya dia yang urus. Kini pelabuhan itu sesaat lagi menjadi nyata. Pelindo II sudah membangun 50% infrastruktur pelabuhan.

Hari Selasa dan Rabu kemarin, Dahlan Iskan pergi ke Jepang. Menyaksikan penandatanganan kontrak pembangunan dan pengoperasian terminal satu New Tanjung Priok dengan perusahaan Jepang, Mitsui.

Mitsui akan membangun bagian suprastruktur dan sumber daya manusia di pelabuhan New tanjung Priok. Suprastruktur itu meliputi crane dan alat-alat di lapangan. Mitsui menggelontorkan USD 300 juta untuk proyek ini. Memberi pembayaran di muka sebesar USD 100 juta. Untuk sewa pengoperasian pelabuhan, Mitsui membayar USD 14 juta setiap tiga bulan kepada Pelindo II. Akhir tahun ini terminal satu ditargetkan selesai dan dapat dioperasikan.

Saat pengoperasian dimulai, bersama Dahlan Iskan dan panglima perangnya: RJ Lino, Indonesia kembali meraih gelarnya yang selama ini hanya berupa selogan: Negara Bahari. Laut Indonesia siap diseruduk kapal terbesar dunia sekalipun. Triple E.

Saat Itu Indonesia benar-benar kembali menancapkan cakarnya. Kembali mengukuhkan diri menjadi salah satu macan Asia. Dan kita boleh berkata: Cukup sampai di sini Singapura.***

Catatan: Sekarang RJ Lino dituntut mundur oleh Serikat Pekerja dan DPR.

Kompasiana Lukman Bin Saleh

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/02/28/kapal-raksasa-seruduk-indonesia-636172.html

0 comments:

Posting Komentar